Nama ibu : F
Nama anak/umur : F / 10 tahun
Tanggal HT : 8 Agustus 2022
Rumusan HT:
Setiap pukul 19.30 anak melakukan gerak badan (olah raga) selama 10 menit.
Proses hari ini:
Saya sudah menyiapkan tracker di kantor, tetapi ternyata saya lupa membawanya ke rumah.
Sepulang kantor saya harus singgah ke beberapa pertokoan dulu karena ada keperluan. Akibatnya saya baru tiba di rumah pukul 19.25. Suasana hati saya agak panik karena sebentar lagi adalah pukul 19.30 dan saatnya HT. Padahal normalnya, setibanya di rumah saya akan istirahat dan menyapa anak terlebih dahulu. Tetapi sekarang saya grasa-grusu harus HT on time. Jadi setibanya di rumah, saya langsung memberi instruksi anak untuk buka youtube video olahraga. Setelah beberapa saat menunggu, saya agak kesal kenapa anak masih memegang HP nya. Baby Brain (BB) saya mulai tersulut.
“Ras, ayo nyalain video.”
“Iya Mi, ini aku lagi nyari.” – ternyata ia sedang membuka youtube di HP nya.
”Itu loh, pake TV” kata saya.
Anak menyesalkan saya, karena ia tak paham kalau mami suruh buka youtube yang di TV bukan di HP. Saya juga sadar bahwa instruksiku ternyata tidak jelas. (Tapi sudah terlanjur ngegas tuh).
Kemudian anak masih menawar agar dirinya diizinkan skipping saja, bukan mengikuti video. Saya langsung bereaksi.
“Sebelum olah raga itu harus pemanasan dulu. Engga ujug-ujug langsung skipping. Nanti kaget badannya.” jelasku. Anak pun seperti terpaksa menuruti.
Anak akhirnya mengikuti gerakan di youtube; pemanasan, olahraga. Ia minta undur diri setelah 10 menit. Tampaknya ia bahagia karena bisa selesai duluan dari maminya yang harus lanjut lagi olahraga sampai video selesai (Mami HT olahraga 15 menit).
Refleksi hari ini:
Hari ini saya banyak urusan…. urusan saudara.. urusan kantor.. kasus covid juga naik lagi.. malam ini pun saya kelupaan bawa tracker pulang, tidak bawa laptop juga, tidak bisa langsung bikin laporan HT.. badan lelah lalu saya terburu-buru ingin menyelesaikan banyak hal.. ini menyebabkan saya langsung bereaksi ketika tahu bahwa anak tidak mengecek to-do-listnya yang ada di kulkas. Badan lelah tapi banyak kegiatan anak yang harus saya kawal malam ini. Untungnya saya baru sampai tahap sewot bukan meledak. Tapi tetap saja artinya Adult Brain (AB) ku belum menang. Semoga esok lebih baik.
Kemenangan AB terhadap BB hari ini:
Setelah ku suapi makan nasi ikan (yang ternyata menurut anak terlalu pedas dan membuatnya kewalahan), anak saya minum sangat banyak lalu ia muntah (air) . Saya berhasil mengerem diri sendiri untuk mengomel. Alih-alih saya mengambilkan alat pembersih lalu memberi tahu anak cara untuk membersihkan lantai yang kotor tsb.
(Malam masih panjang beserta segala ups n down nya. Momen indah adalah ketika anak dengan bangga mempraktekkan ulang speech nya di depan kelas tadi dengan pronunciation yang perfect. Downnya adalah ketika saya kembali esmosi karena panik mendengar papinya memprotes kenapa kami belum naik ke lantai atas padahal sudah pukul 22.15. Akhirnya anak tertidur sendirian -padahal ia selalu prefer dibacakan cerita menjelang tidur- sementara itu saya masih sibuk dengan chores dan bebersih badan).
Narasi bacaan pendukung HT hari ini:
https://destineariane.wordpress.com/2012/06/13/review-buku-prophetic-parenting/
Prophetic Parenting Cara Mendidik Anak ala Nabi:
Pada bab Nasihat Cinta untuk Calon Orangtua dibahas mengenai awal dibentuknya sebuah keluarga, yaitu pernikahan. Nasihat-nasihat bagi para calon orangtua diantaranya ada 8 karakter pendidik sukses yaitu:
- Tenang dan tidak terburu-buru (!)
- Lembut dan tidak kasar
- Hati yang penyayang
- Memilih yang termudah selama bukan termasuk dosa
- Toleransi
- Menjauhkan diri dari marah (!)
- Seimbang dan proporsional
- Memberi nasihat sebagai selingan
=============
Saya pandangi wajah anakku yang sudah tertidur lalu saya tidur di sampingnya. Saya mengambil wefie dan mengirimkan pada suami. Betapa sweet anak saya ini. Ia sudah selesai night routine termasuk menyiapkan 2 pasang baju untuk esok sekolah.
Pagi harinya saya make up dengan meladeni anak sebaik-baiknya. Caranya adalah saya putuskan untuk tidak berangkat bareng dengannya karena biasanya saya berangkat bareng dengan anak pukul 06.10 pagi (kami diantar nenek) sehingga saya kerepotan mempersiapkan diriku sendiri dan tidak meladeni anak.
Pagi ini saya kawal anak mengobrol sembari make the bed, berpelukan, lalu saya siapkan peralatan mandinya, review hasil sikat giginya, dan temani ia get dressed sambil saya suapi nasgor. Kami banyak mengobrol. Kemudian saya antarkan dia sampai masuk mobil, sapa2an dengan sepupu-sepupunya. Dengan berangkat terpisah, saya menghindari potensi chaos/terburu-buru di pagi hari. Saya pun kemudian berangkat untuk WFO pukul 7. ___terlambat pastinya.
(Hidup WFH! Yes tahun depan WFA. Work life balance. aamiin.)