Anak SD berkumpul untuk menulis cerpen (dibantu orang tua dan neneknya hehe)
Tersesat di Jepang
Liburan awal tahun ini, aku pergi ke Jepang bersama dengan sepupu-sepupuku yaitu Feira, Alina, Kak Doni serta kakek nenek kami. Kami berangkat ke bandara pada pukul 03.00 dini hari. Kami terbang dengan pesawat yang sangat besar. Saat hampir mendarat, pesawatnya terasa berguncang-guncang. Aku dan sepupuku kaget, tapi kemudian kami tertawa karena rasanya seru seperti naik wahana di Dufan. Namun, sepertinya berbeda dengan Nenek. Saat aku melirik nenek, nenek tampak menutup mata dan berdoa. Sepertinya nenek merasa takut. Alhamdulillah kami selamat sampai di Jepang.
Setelah turun dari pesawat, rencananya kami naik kereta menuju hotel di daerah Akasaka, Kota Tokyo. Kak Doni memegang peta jalur kereta yang ia dapat di bandara tadi. Lalu Kak Doni dan kakek mempelajari peta itu. Tidak lama kemudian, Kakek berkata “Nanti kita naik kereta arah Tsukuba, lalu turun di Stasiun Akasaka ya.” Aku mengangguk-angguk.
Saat itu kereta yang kami naiki cukup ramai dengan penumpang. Kami semua tidak bisa naik dalam satu gerbong. Aku, Feira, Alina dan nenek naik gerbong khusus wanita. Kami naik kereta sambil berdiri. Gerbong khusus wanita ini sangat bersih dan wangi.
Aku berkata, “Wah, disini wangi sekali ya.”
“Mungkin karena disini wanita semua, jadi ini wangi parfum.” kata Feira.
Tiba-tiba nenek meletakkan telunjuk di bibirnya sebagai isyarat agar kami diam. Ternyata kita tidak boleh berisik di kereta. Jadinya Aku memilih untuk melihat pemandangan Kota Tokyo. Pemandangannya sangat indah. Aku lihat nenek tersenyum. Nenek kelihatan senang sekali bisa berlibur dengan cucu-cucunya.
Kereta berhenti di setiap stasiun dengan petunjuk berupa pengumuman dalam Bahasa Jepang tentang nama setiap stasiun. Aku memperhatikan penumpang yang keluar masuk kereta. Saat kereta berjalan, aku lanjut lagi melihat pemandangan. Aku sangat menikmati perjalanan ini hingga tidak terasa bahwa lama kelamaan penumpang mulai berkurang. Kami yang semula berdiri kini sudah bisa duduk di kereta.
Sekarang, pemandangan perkotaan sudah berubah menjadi pegunungan. Aku merasa sedikit bingung. Apakah hotel kami ada di kota atau di gunung? Kemudian aku melihat ke gerbong belakang. Ternyata Kak Doni dan kakek sudah tidak kelihatan.
“Nek, Kakek kemana?” kataku pada nenek.
Nenek segera melihat ke belakang dan menyadari bahwa kakek dan Kak Doni sudah tidak ada. Kami semua terkejut.
Feira berkata “Jangan-jangan stasiun kita sudah terlewat ya, Nek?”.
“Duh, Nenek tidak tau Nak. Bukannya kita turun di Stasiun Tsukuba?” jawab nenek.
“Kalau tidak salah, kita seharusnya turun di Akasaka, Nek” kata Alina.
Aku merasa cemas. Ini hari pertama kami berlibur. Aku ingin hari ini menjadi hari yang Indah.
Alina memberi saran ”Bagaimana kalau Nenek coba telpon kakek?”.
”Nenek tidak bisa telpon Nak, karena Nenek tidak punya paket internet Jepang” jawab nenek.
Kami, cucu-cucu nenek, juga tidak bisa menelpon karena kami tidak memiliki HP.
Kemudian kami cepat-cepat turun di stasiun berikutnya. Alina bertanya pada bapak petugas dalam Bahasa Inggris.
“Excuse me Sir. Could you help us to get to Akasaka Station? We are lost”.
Masalahnya bapak petugas tidak bisa Bahasa Inggris dan kami tidak bisa Bahasa Jepang. Aku juga lupa membawa buku panduan Bahasa Jepang. Buku itu aku tinggal di rumah.
Bapak petugasnya menggeleng-gelengkan kepala. Akhirnya kami berbicara dengan isyarat tubuh. Kami menunjuk-nunjuk sambil bilang “Akasaka.. Akasaka”. Akhirnya bapak petugas mengerti. Bapak itu menunjukkan arah pintu dan lift untuk naik kereta ke Akasaka.
Setelah menunggu sekitar 15 menit, kami naik ke kereta yang disebutkan bapak tadi. Saat ini aku tidak fokus melihat pemandangan lagi. Aku coba mengamati stasiun-stasiun tempat kereta berhenti sementara. Setelah kereta berhenti di sepuluh stasiun, kami melihat ada Kak Doni dan Kakek duduk di stasiun itu. Ini berarti kami sudah sampai di Stasiun Akasaka.
Ternyata kakek dan Kak Doni sedang menunggu kami dengan cemas. Mereka sudah menunggu selama lebih dari 1 jam.
“Kakeeek!” Aku berteriak. “Maaf ya Kakek, kami tersesat.” kataku.
“Syukurlah akhirnya kalian datang. Kakek tidak bisa menghubungi nenek karena kita belum beli paket internet. Kakek sangat khawatir kalian tidak bisa kembali” jawab kakek.
”Tadi kan sudah dibilangin bahwa kita turun di Akasaka” kata Kak Doni.
“Iya. Maaf ya, Kak” jawabku.
“Iya, maaf Kak. Tadi kami asyik lihat pemandangan” jawab Alina.
“Alhamdulillah kita sudah berkumpul kembali. Mari kita jalan ke pintu keluar stasiun.” kata Kakek.
Aku senang sekali karena kami semua telah berkumpul lagi. Nenek, Feira, dan Alina tampak gembira. Kami lanjut berjalan kaki ke hotel. Kami semua jalan berdekatan supaya tidak tersesat lagi. Aku rasanya tidak sabar untuk melihat seperti apa hotel di Jepang.